1.
Fisioterapi
kesehatan wanita
Permasalahan yang berhubungan dengan fisioterapi kasus
ini antara lain:
a.
Masalah
kesehatan reproduksi
Hal ini berhubungan dengan gangguan kesuburan kaum
ibu/wanita, dimana fisioterapi dengan mengguanakan ilmu dan teknologinya dapat
meningkatkan fisiologi sistem reproduksi.
b.
Kehamilan
Kehamilan dapat menimbulkan perubahan fisik seperti
kelemahan otot-otot perut dan panggul. Hal tersebut di atas dapat menggangu sistem
pernafasan, peredaran darah tungkai dan gangguan gerak serta fungsi pinggang.
c.
Proses
persalianan
Pada persalianan yang kurang baik atau patologi dapat
menyebabkan kematian ibu dan bayi atau bayi lahir cacat. Hal ini dapat dicegah
dnegan memberikan intervensi fisioterapi berupa latihan-latihan pre natal yang
benar, sehinggga proses persalinan dapat berjalan dengan baik dan lancar.
d.
Paska
persalinan
Permasalahan yang sering terjadi adalah kelemahan otot
dasar panggul, otot perut dan kadang-kadang terjadi cedera pada sendi sacro
iliaca. Kelemahan otot perut akan menyebabkan gangguan stabilitas tulang
belakang sehinggga dapat menyebabkan perubahan sikap yang mempunyai manifestasi
cukup luas, misalnya sakit pinggang kronis. Kelemahan otot dasar panggul
menyebabkan vagina luar basah (terutama pada saat batuk/bersin, lari atau
menahan kencing), vagina flatus, prolap uteri dimana hal ini dapat mengganggu
aktivitas hubunga seksual baik diri sendiri maupun pasangan.
2.
Fisioterapi
tumbuh kembang
a.
Perkembangan
dan pertumbuhan bayi
Fisioterapi mempunyai ilmu pengetahuan dan teknologi khusus
yang sangat rinci tentang perkembangan dan pertumbuhan bayi dan balita,
sehingga mampu melakukan pemeriksaan dan deteksi dini serta mengatasi problematik
yang di temukan baik kelainan gerakan kasar dan gerakan komprehensif yang
berhubungan dengan kemampuan fungsional.
b.
Bayi
dengan cacat bawaan
Kasus yang sering ditemukan antara lain: erb’s palsy,
klumpkle’s, muscular tortikolis, clubfoot dan kelainan fisik lainnya yang
memerlukan intervensi fisioterapi sejak dini, sehingga kelaianan tersebut dapat
segera diatasi dengan baik.
c.
Masa
bayi dan balita
Merupakan masa yang sangat riskan dan rentan terhadap
berbagai penyakit maupun gangguan lain yang menimbulkan kelainan patologis. Penyakit-penyakit
yang menimbulkan cacat antara lain: encephalitis, meningitis, poliomyelitis dan
penyakit-penyakit lainnya yang memerlukan intervensi fisioterapi.
d.
Penyakit
infeksi
Berbagai penyakit infeksi yang dapat dialamai bayi dan
balita yang berhubungan dengan fisioterapi antara lain: infeksi saluran
pernafasan yang memerlukan pelayanan fisioterapi dan berbagai penyakit yang di
sebabkan oleh faktor alergi banyak yang memerlukan intervensi fisioterapi.
3.
Fisioterapi
kesehatan dan keselamatan kerja
Banyak faktor
yang mempengaruhi produktivitas manusia, antara lain: lingkungan tempat kerja,
kesehatan lingkungan kerja, sosial budaya setempat dan kapasitas kerja yang
semuanya didasari oleh kesehatan fisik, mental, pengalaman kerja, pendidikan
dan ketrampilan. Fisioterapi dengan pengetahuan biomekanik dan biomediknya
dapat merancang kondisi lingkungan kerja yang ergonomik, merancang
gerakan-geraan yang efektif, efisien dan aman, sehingga disamping dapat
mencegah timbulnya cedera akibat kerja oleh karena sikap kerja (unsafe action)
atau peralatan kerja yang tidak aman (unsafe condition) dapat pula meningkatkan
produktivitas kerja.
4.
Fisioterapi
usia lanjut (Geriarti)
Fisioterapi dengan
ilmu pengetahauan dan teknologi yang dimilikinya dapat memberikan kontribusi
dalam hal memperkecil problematik atau gangguan gerak dan fungsinya dan
menanggulangi gangguan atau penurunan potensi gerak yang ditimbulkan akibat
proses penuaan. Dengan demikain kualitas hidupnya dapat dipertahankan untuk
tetap aktif sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya.
5.
Fisioterapi
olahraga
Semakin berkembangnya
iptek olahraga dan diberdayakannya berbagai profesi dibidang olahraga seperti:
pelatih olahraga, dokter olahraga, fisioterapis olahragha, masseur, instruktur
senam/fifness dan guru olahraga (Lokarya iptek olahraga, tahun 1999 di
Cipayung, Bogor) maka fisioterapi harus dapat pula beradaptasi dan memberikan
kontribusi terhadap perkembangan iptek olahraga tersebut berdasarkan kompetensi
dan kewenangannya dalam melakukan upaya-upaya promotif, preventif, tindakan
terapeutik dan upaya-upaya pemulihan akibat olahraga.
6.
Fisioterapi
kesehatan masyarakat
Fisioterapis
harus memiliki kompetensi fisoterapi
kesehatan masyarakat yang didukung dengan pengetahuan ilmu kesehatan
masyarakat. Kegiatan yang dilakukan sebagai upaya promotif dan preventif adalah penyuluhan/pendidikan kepada
masyarakat, kegiatan olahraga (lansia, remaja, ibu hamil), usaha kesehatan
sekolah, kesehatan ibu dan anak (perawatan payudara, senam dan massage bayi,
deteksi dini dan tumbuh kembang), kesehatan dan keselamatan kerja, pembinaan
pengobatan tradisional (mendidik masyarakat untuk menggunakan sumber fisis alam
sebagai modalitas kesehatan, penanganan cidera sederhana) dan upaya-upaya
promosi, pencegahan dan penanggulangan pada kesehatan haji.
7.
Fisioterapi
pelayanan medik
Pelayanan fisioterapi
pada pelayanan medik ditujukan untuk mempercepat proses penyembuhan, memperkecil gangguan,
keterbatasan dan ketidak mampuan fungsi akibat kelainan pada sistem dan
subsistem tubuh manusia atau akibat faktor lingkungan yang mempengaruhi sistem
tubuh manusia. Fragmentasi pelayanan fisioterapi pada pelayanan medik dengan
didasari pada spesifikasi problematiknya antara lain: muskuloskeletal, neuromuskular,
kardiorespirasi dan rehabilitasi medik.